Rabu, 20 November 2013



PENGERTIAN, CAKUPAN DAN SIGNIFIKANSI ISLAM DAN BUDAYA JAWA

I.             PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki banyak pulau, salah satunya adalah pulau Jawa yang meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta dan lain-lain. Setiap daerah mempunyai karakter budaya yang berbeda-beda. Masyarakat Jawa dipercaya memiliki kebudayaan khas dan berhubungan masyarakat Jawa menunjuk pada orang-orang yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai orang-orang yang menjujung tinggi sifat-sifat luhur dan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Jawa. Dalam konteks Indonesia kebudayaan Jawa merupakan salah satu kebudayaan lokal yang berpengaruh penting karena memiliki arti yang penting bagi masyarakat Jawa karena mayoritas masyarakat Jawa memeluk agama Islam dengan demikian hubungan nilai-nilai Islam dengan kebudayaan Jawa menjadi menarik karena keberadaan Islam. Masuknya Islam di Jawa pada abad pertama hijriah atau abad ke-7 masehi.
Islam dalam arti luas merupakan agama yang diturunkan kepada manusia sebagai rohmat bagi alam semesta. Ajaran-ajarannya selalu membawa kemaslahatan bagi kehidupan manusia di dunia ini. kebudayaan adalah hasil dari keseluruhan sistem gagasan, tindakan, cipta, rasa dan karsa manusia untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya yang semua tersusun dalam kehaidupan masyarakat. Pembelajaran islam dan kebudayaan Jawa itu penting karena sebagai acuan menuju peradaban yang lebih berkualitas. Untuk lebih jelasnya dalam makalah ini akan dijelaskan tentang pengertian, batasan wilayah, ciri-ciri orang jawa dan juga tujuan mengkaji islam dan budaya Jawa.


II.          RUMUSAN MASALAH
A.    Apa Pengertian dari Islam dan Budaya Jawa?
B.     Bagaimana Batasan Wilayah Jawa dan Ciri-Ciri Orang Jawa?
C.     Apa Saja Tujuan Mengkaji Islam dan Budaya Jawa?




III.       PEMBAHASAN
A.    Pengertian Islam dan Budaya Jawa
1.      Pengertian Islam
Secara etimolologi, Islam berasal dari bahasa Arab, terambil dari kosakata salima yang berarti selamat sentosa. Dari kata ini kemudian dibentuk menjadi kata aslama yang berarti memeliharakan dalam keadaan selamat, sentosa dan berarti pula berserah diri, patuh, tunduk dan taat. Dari kata aslama ini dibentuk kata Islam (aslama, yuslimu, islaman), yang mengandung arti sebagaimana terkandung dalam arti pokoknya yaitu selamat, aman, damai, patuh, berserah diri dan taat.[1] Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang menuturkan bahwa Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW berpedoman pada kitab suci Al-Quran yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT.[2]
Secara istilah, beberapa tokoh mendefinisikan Islam adalah sebagai berikut:
a.       Menurut Muhammad Syaltout, Islam ialah agama Allah SWT yang diwasiatkan dengan ajaranajarannya sebagaimana terdapat di dalam pokok pokok dan syariatnya kepada Nabi Muhammad SAW dan mewajibkan kepadanya untuk menyampaikannya kepada seluruh umat manusia serta mengajak mereka untuk memeluknya.
b.      Menurut Abd. al Rahman al Nahlawiy, Islam ialah tuntunan Tuhan yang merupakan akhir syariatNya dan dijadikannya sebagai tuntunan yang sempurna dan mencakup semua aspek kehidupan, dan diridhainya untuk untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, alam jagat raya, segenap makhluk, urusan dunia dan akhirat, kemasyarakatan, perkawinan, keturunan, hakim dan yang dikenai hukum, serta untuk mengatur setiap ikatan yang dibutuhkan manusia sebagai tuntunan yang dibangun atas dasar kepatuhan kepada Allah semata serta ikhlas beribadah kepadaNya serta berpegang teguh kepada segenap yang dibawa oleh Rasulullah SAW.
c.       Menurut Maulana Muhammad Ali, Islam ialah agama yang sebenarnya bagi seluruh umat manusia. Para Nabi adalah yang mengajarkan agama Islam di kalangan berbagai bangsa dan berbagai zaman, dan Nabi Muhammad SAW adalah Nabi agama itu yang terakhir dan paling sempurna.
d.      Menurut Harun Nasution, Islam ialah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Islam dari segi istilah ialah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang isinya bukan hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, melainkan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam jagat raya. Islam dari segi istilah ialah agama wahyu terakhir yang menyempurnakan agama yang dibawa oleh para nabi sebelumnya, yang isinya membahas berbagai aspek kehidupan manusia agar terwujud sebuah kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin.
Dengan demikian, pengertian Islam baik dari segi bahasa maupun istilah menggambarkan bahwa Islam adalah agama yang mengemban misi keselamatan dunia akhirat, kesejahteraan dan kemakmuran lahir dan batin bagi seluruh umat manusia dengan cara menunjukkan kepatuhan, ketundukan dan kepasrahan kepada Tuhan dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Sebagai agama yang terakhir dan lengkap, Islam memiliki unsur unsur penting yaitu:
a.       Kepercayaan kepada kekuatan gaib sebagai tempat berlindung dan memohon. Oleh karena itu, manusia merasa harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan gaib ini. Hubungan baik ini dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
b.      Keyakinan, bahwa kesejahteraan manusia di dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud. Dengan hilangnya hubungan baik itu, kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicari akan hilang.
c.       Adanya respons yang bersifat emosional dari manusia kepada kekuatan gaib. Respons ini mengambil bentuk pengabdian dan ibadah-Nya.
d.      Paham adanya yang kudus dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran agama bersangkutan dan dalam bentuk tempat tempat.[3]
2.      Pengertian Budaya Jawa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya adalah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah. Sedangkan kebudayaan diartikan sebagaihasil kegiatan dan penciptaanbatin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat, keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.[4]
Menurut Koentjaraningrat (1980), kata kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta budhayah, yaitu bentuk jama’ dari budhi yang berarti budi dan akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Sedangkan kata budaya merupakan perkembangan majemuk dari budi daya yang berarti daya dari budi yang berupa cipta, Karsa dan rasa dengan kebudayaan yang berarti daricipta, karsa, dan rasa.[5]
Dalam bahasa Latin/Yunani, kebudayaan berasal dari kata colere yang berarti mengolah, mengerjakan terutama mengolah tanah. Dari arti ini berkembang arti culture sebagai segala daya dan usaha manusia untuk merubah alam. Abdul Rani Usman (2006: 1) menyebutkan konsep budaya sebagai suatu konsep yang merupakan hasil karya manusia baik itu sistem sosial, lembaga social, karya seni sampai sistem ilmu pengetahuan. Sedangkan pengertian kebudayaan menurut ilmu antropologi adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Clifford Geertz mengatakan bahwa kebudayaan merupakan sistem mengenai konsepsi konsepsi yang diwariskan dalam bentuk simbolik, yang dengan cara ini manusia dapat berkomunikasi, melestarikan dan mengembangkan pengetahuan dan sikapnya terhadap kehidupan. Lebih spesifik lagi, E. B Taylor, dalam bukunya Primitive Cultures, mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Ralph Linton, seperti yang dikutip Leonard memberikan definisi kebudayaan sebagai seluruh cara kehidupan dari masyarkat dan tidak hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan. Jadi, dapat dikatakan bahwa kebudayaan yang menunjuk pada berbagai aspek kehidupan meliputi cara cara berlaku, kepercayaan kepercayaan dan sikap sikap dan juga hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu.[6]
Kemudian menurut konsep B. Malinowski kebudayaan di dunia mempunyai tujuh unsur universal, yaitu:
a.       Bahasa
b.      Sistem teknologi
c.       Sistem mata pencaharian
d.      Organisasi sosial
e.       Sistem pengetahuan
f.       Religi
g.      Kesenian[7]
Jadi dapat disimpulkan bahwa budaya Jawa ialah budaya yang menunjuk pada berbagai aspek kehidupan meliputi cara cara berlaku, kepercayaan kepercayaan dan sikap sikap dan juga hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk masyarakat Jawa.
Sejak masuk di Jawa, Islam bertemu dengan nilai-nilai Hindhu Budha yang sudah mengakar kuat di masyarakat. Tentu saja nilai-nilai animisme dan dinamisme sebagai nilai-nilai awal yang telah ada. Percampuran nilai-nilai tersebut yang kemudian hari sering disebut sebagai nilai-nilai kebudayaan Jawa. Maka ketika Islam datang dan berinteraksi dengan nilai-nilai lama tersebut, oleh masyarakat juga sering disebut sebagai nilai-nilai kebudayaan Jawa. Itulah sebabnya apa yang disebut sebagai kebudayaan Jawa, bukanlah terdiri atas satu nilai melainkan percampuran dari berbagai nilai yang pernah menghiasi dunia Jawa.[8]
Salah satu ciri Islam Jawa yang dikatakan oleh Mark R. Woodward adalah kecepatan dan kedalamannya mempenetrasi masyarakat Hindu Budha yang paling maju (sophisticated). Generasi sekarang dapat melihat bagaimana pertemuan ini  bermuara pada tradisi Jawa seperti dalam fenomena: muatan karya sastra yang berpatronase dengan kertaon sepeti Serat Saloka Jiwa  karya Ranggawarsito dan Serat Centhini karya Pakubuwono V dengan nilai nilai sufisme; ritual Sekatenan dikorelasikan dengan rekontruksi sejarah slamisasi Jawa; ajaran ajaran Islam dalam pewayangan dan penekanan bentuk keragaman yang mengedepankan kesalehan praksis dan masyarakat Jawa; serta masih banyak fenomena lain untuk menjustifikasi pengaruh islam terhadap tradisi Jawa.[9]

B.     Batasan Wilayah dan Ciri-Ciri Orang Jawa
Masyarakat Jawa, atau tepatnya suku bangsa jawa, secara antropologi budaya adalah orang-orang yang dalam hidup kesehariannya menggunakan Bahasa Jawa dengan berbagai ragam dialeknya secara turun menurun.[10] Yang disebut orang Jawa adalah orang yang bahasa ibunya adalah bahasa Jawa yang sebenarnya itu. Jadi orang Jawa adalah penduduk asli bagian tengah dan timur pulau Jawa yang berbahasa Jawa.[11]
Daerah kebudayaan Jawa itu luas, yaitu meliputi seluruh bagian tengah dan timur dari pulau Jawa. Sungguhpun demikian ada daerah-daerah yang secara kolektif sering disebut daerah Kejawen. Sebelum terjadi perubahan-perubahan status wilayah seperti sekarang ini, daerah itu ialah Banyumas, Kedu, Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Malang, dan Kediri. Daerah diluar itu dinamakan Pesisir dan Ujung Timur.
Sehubungan dengan hal itu, maka dalam seluruh rangka kebudayaan Jawa ini, dua daerah luas bekas jajahan kerajaan Mataram sebalum terpecah pada tahun 1755 yaitu Yogyakarta dan Surakarta, merupakan pusat dari kebudayaan tersebut.[12]
Dalam wilayah kebudayaan Jawa dibedakan antara penduduk pesisir utara dimana hubunga perdagangan, pekerjaan nelayan dan pengaruh Islam lebih kuat menghasilkan bentuk kebudayaan Jawa yang khas.
Orang Jawa dibedakan dari kelompok kelompok etnis lain di Indonesia oleh latar belakang sejarah yang berbeda, oleh bahasa dan kebudayaan mereka. Kebanyakan orang Jawa hidup sebagai petani atau buruh. Di daerah dataran rendah mereka bercocok tanam padi, di daerah pegunungan mereka menanam ketela dan palawija.[13]
Salah satu karakteristik orang Jawa adalah kebiasaan hidup dalam suasana mistis: mistik sebagai sikap hidup, pola pikir, dan dipraktekan dalm kehidupan sehari hari ( Al Payami, 1992:113).[14]
Esensi budaya Jawa itu menampakkan kecenderungan atau corak sebagai berikut :
a.       Religius
b.      Non doktriner/ non dogmatis
c.       Toleran
d.      Akomodatif
e.       Optimistik[15]

C.    Tujuan mengkaji islam dan budaya jawa
Tujuan mempelajari Islam dan Kebudayaan Jawa yaitu untuk menciptakan rasa toleran dalam penyebaran agama Islam khususnya di Jawa yang pada saat itu masih kental dengan kepercayaan seperti animisme, dinamisme, hindu, budha serta mengetahui sejauh mana korelasi antara agama (islam) dan budaya yang dapat menciptakan kreasi-kreasi baru. Di sinilah, bahwa agama telah menjadi hasil kebudayaan manusia. Berbagai tingkah laku keagamaan, masih menurut ahli antropogi, bukanlah diatur oleh ayat- ayat dari kitab suci, melainkan oleh interpretasi mereka terhadap ayat-ayat suci tersebut. Karena Allah telah memberikan kepada manusia sebuah kemampuan dan kebebasan untuk berkarya, berpikir dan menciptakan suatu kebudayaan. Di sini, Islam mengakui bahwa budaya merupakan hasil karya manusia. Sedang agama adalah pemberian Allah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri. Yaitu suatu pemberian Allah kepada manusia untuk mengarahkan dan membimbing karya-karya manusia agar bermanfaat, berkemajuan, mempunyai nilai positif dan mengangkat harkat manusia. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu beramal dan berkarya, untuk selalu menggunakan pikiran yang diberikan Allah untuk mengolah alam dunia ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan manusia. Dengan demikian, Islam telah berperan sebagai pendorong manusia untuk “ berbudaya “. Dan dalam satu waktu Islamlah yang meletakkan kaidah, norma dan pedoman. Sampai disini, mungkin bisa dikatakan bahwa kebudayaan itu sendiri, berasal dari agama.
Secara terperinci manusia dapat mengambil beberapa wacana dan manfaat dari uraian di atas sebagai hasil dari mempelajari Islam dan budaya Jawa:
Pertama;  memotivasi masyarakat untuk menumbuhkan rasa kesadaran kebudayaan   yang mencakup suatu sikap perlunya memelihara budaya
Kedua; spiritualisme, mendorong masyarakat untuk mengimbangi derasnya arus konsumerisme budaya tersebut  dalam era globalisasi melalui peningkatan pendidikan dan keimanan.
Ketiga; perlunya peran seluruh elemen masyarakat termasuk pemerintah untuk membantu masyarakat melalui pemberian penghargaan karya seni, mendorong agar masyarakat yakin tetap berpedoman p1ada kebudayaan Jawa sehingga dapat berperilaku sebagaimana orang Jawa (nJawani) dan mencari jalan bagaimana meningkatkan penggunaan bahasa Jawa terutama Kromo hinggil.
.keempat; untuk menghindari gegar budaya yang berkonsekuensi adanya pertentangan yang disebabkan karena adanya keslahpahaman terhadap kombinasi antara Islam dan kebudayaan Jawa.[16]


IV.       KESIMPULAN
Islam baik dari segi bahasa maupun istilah menggambarkan bahwa Islam adalah agama yang mengemban misi keselamatan dunia akhirat, kesejahteraan dan kemakmuran lahir dan batin bagi seluruh umat manusia dengan cara menunjukkan kepatuhan, ketundukan dan kepasrahan kepada Tuhan dengan melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Budaya Jawa ialah budaya yang menunjuk pada berbagai aspek kehidupan meliputi cara cara berlaku, kepercayaan kepercayaan dan sikap sikap dan juga hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk masyarakat Jawa.
Islam dan budaya Jawa dapat diartikan sebagai budaya Jawa yang yang sudah bercampur dengan ajaran Islam dimana budaya yang dipertahankan oleh masyarakat Jawa tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Orang Jawa adalah penduduk asli bagian tengah dan timur pulau Jawa yang berbahasa Jawa. Salah satu karakteristik orang Jawa adalah kebiasaan hidup dalam suasana mistis: mistik sebagai sikap hidup, pola pikir, dan dipraktekan dalm kehidupan sehari hari
Tujuan mengkaji Islam dan Budaya Jawa adalah memotivasi masyarakat untuk menumbuhkan rasa kesadaran kebudayaan, spiritualisme, perlunya peran seluruh elemen masyarakat, dan untuk menghindari gegar budaya yang berkonsekuensi adanya pertentangan.

V.          PENUTUP
Demikian apa yang dapat disajikan oleh penulis, semoga dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya. Tentu masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam makalah yang singkat ini, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.






DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. Darori, Islam dan  Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media, 2002.

Anasom, dkk, Membangun Negara Bermoral, Semarang: Pustaka Rizki Putra dan PPIBJ IAIN Walisongo, 2004.

Chamami , M. Rikza, Studi Isalam Kontemporer, Semarang: Pustaka Rizki Putra dan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2002.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Khalim, Samidi, Islam dan Spiritualitas Jawa, Semarang: RaSAIL Media Group, 2008.

Kholiq, Abdul, Islam Kalang: Politik Identitas Sub Etnis Jawa, Semarang: Lembaga Penelitian IAIN Walisongo Semarang, 2012.

Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Djambatan, 2002.

Nata, Abuddin, Studi Islam Kontemporer, Jakarta: Kencana, 2011.

Sujamto, Refleksi Budaya Jawa, Semarang: Effhar Offset, 1992.

Sulaeman ,M. Munandar, Ilmu Budaya Dasar, Bandung: Refika Aditama, 1998.

Suseno, Frans Magnis, Etika Jawa, Jakarta: Gramedia, 2003.

Asa, Pengertian Islam dan Kebudayaan Jawa,  http://asa-2009.blogspot.com/2012/03/pengertian-islam-dan-kebudayaan-jawa.html , diakses 01 Oktober 2013.


[1] Abuddin Nata, Studi Islam Kontemporer, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 11.
[2] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 444.
[3] Abuddin Nata, Studi Islam Kontemporer, hlm. 19-22.
[4] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, hlm. 169.
[5] M. Munandar Sulaeman, Ilmu Budaya Dasar, (Bandung: Refika Aditama, 1998), hlm. 12.
[6] Abdul Kholiq, Islam Kalang: Politik Identitas Sub Etnis Jawa, (Semarang: Lembaga Penelitian IAIN Walisongo Semarang, 2012), hlm. 32-34.
[7] M. Munandar Sulaeman, Ilmu Budaya Dasar, hlm. 13.
[8] Anasom, dkk, Membangun Negara Bermoral, (Semarang: Pustaka Rizki Putra dan PPIBJ IAIN Walisongo, 2004), hlm. 13.
[9] M. Rikza Chamami, Studi Isalam Kontemporer, (Semarang: Pustaka Rizki Putra dan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2002), hlm. 180.
[10] M. Darori Amin, Islam dan  Kebudayaan Jawa, (Yogyakarta: Gama Media, 2002), hlm. i.
[11] Frans Magnis Suseno, Etika Jawa, (Jakarta: Gramedia, 2003), hlm. 11.
[12] Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2002), hlm. 329.
[13] Frans Magnis Suseno, Etika Jawa, hlm. 12.
[14] Samidi Khalim, Islam dan Spiritualitas Jawa, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2008), hlm. i.
[15] Sujamto, Refleksi Budaya Jawa, (Semarang: Effhar Offset, 1992), hlm. 33.
[16]Asa, Pengertian Islam dan Kebudayaan Jawa,  http://asa-2009.blogspot.com/2012/03/pengertian-islam-dan-kebudayaan-jawa.html , diakses 01 Oktober 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar