PENGERTIAN, CAKUPAN DAN SIGNIFIKANSI ISLAM DAN BUDAYA
JAWA
I.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu Negara yang
memiliki banyak pulau, salah satunya adalah pulau Jawa yang meliputi Jawa
Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta dan lain-lain. Setiap daerah mempunyai karakter
budaya yang berbeda-beda. Masyarakat Jawa dipercaya memiliki kebudayaan khas
dan berhubungan masyarakat Jawa menunjuk pada orang-orang yang
mengidentifikasikan diri mereka sebagai orang-orang yang menjujung tinggi
sifat-sifat luhur dan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Jawa. Dalam
konteks Indonesia kebudayaan Jawa merupakan salah satu kebudayaan lokal yang
berpengaruh penting karena memiliki arti yang penting bagi masyarakat Jawa
karena mayoritas masyarakat Jawa memeluk agama Islam dengan demikian hubungan
nilai-nilai Islam dengan kebudayaan Jawa menjadi menarik karena keberadaan
Islam. Masuknya Islam di Jawa pada abad pertama hijriah atau abad ke-7 masehi.
Islam dalam arti luas merupakan agama yang diturunkan kepada
manusia sebagai rohmat bagi alam semesta. Ajaran-ajarannya selalu membawa
kemaslahatan bagi kehidupan manusia di dunia ini. kebudayaan adalah hasil dari
keseluruhan sistem gagasan, tindakan, cipta, rasa dan karsa manusia untuk
memenuhi kebutuhan kehidupannya yang semua tersusun dalam kehaidupan
masyarakat. Pembelajaran islam dan kebudayaan Jawa itu penting karena sebagai
acuan menuju peradaban yang lebih berkualitas. Untuk lebih jelasnya dalam
makalah ini akan dijelaskan tentang pengertian, batasan wilayah, ciri-ciri
orang jawa dan juga tujuan mengkaji islam dan budaya Jawa.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Apa Pengertian dari Islam dan Budaya Jawa?
B. Bagaimana Batasan Wilayah Jawa dan Ciri-Ciri Orang Jawa?
C. Apa Saja Tujuan Mengkaji Islam dan Budaya Jawa?
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Islam dan Budaya Jawa
1. Pengertian Islam
Secara etimolologi, Islam berasal dari bahasa
Arab, terambil dari kosakata salima yang berarti selamat sentosa. Dari
kata ini kemudian dibentuk menjadi kata aslama yang berarti
memeliharakan dalam keadaan selamat, sentosa dan berarti pula berserah diri, patuh,
tunduk dan taat. Dari kata aslama ini dibentuk kata Islam (aslama,
yuslimu, islaman), yang mengandung arti sebagaimana terkandung dalam arti
pokoknya yaitu selamat, aman, damai, patuh, berserah diri dan taat.[1] Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang
menuturkan bahwa Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW
berpedoman pada kitab suci Al-Quran yang diturunkan ke dunia melalui wahyu
Allah SWT.[2]
Secara
istilah, beberapa tokoh mendefinisikan Islam adalah sebagai berikut:
a.
Menurut
Muhammad Syaltout, Islam ialah agama Allah SWT yang diwasiatkan dengan
ajaranajarannya sebagaimana terdapat di dalam pokok pokok dan syariatnya kepada
Nabi Muhammad SAW dan mewajibkan kepadanya untuk menyampaikannya kepada seluruh
umat manusia serta mengajak mereka untuk memeluknya.
b.
Menurut Abd. al Rahman al Nahlawiy, Islam
ialah tuntunan Tuhan yang merupakan akhir syariatNya dan dijadikannya sebagai
tuntunan yang sempurna dan mencakup semua aspek kehidupan, dan diridhainya
untuk untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, alam jagat raya, segenap
makhluk, urusan dunia dan akhirat, kemasyarakatan, perkawinan, keturunan, hakim
dan yang dikenai hukum, serta untuk mengatur setiap ikatan yang dibutuhkan
manusia sebagai tuntunan yang dibangun atas dasar kepatuhan kepada Allah semata
serta ikhlas beribadah kepadaNya serta berpegang teguh kepada segenap yang
dibawa oleh Rasulullah SAW.
c.
Menurut Maulana Muhammad Ali, Islam ialah
agama yang sebenarnya bagi seluruh umat manusia. Para Nabi adalah yang
mengajarkan agama Islam di kalangan berbagai bangsa dan berbagai zaman, dan
Nabi Muhammad SAW adalah Nabi agama itu yang terakhir dan paling sempurna.
d.
Menurut Harun Nasution, Islam ialah agama yang
ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi
Muhammad SAW sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang
bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan
manusia.
Dari beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa Islam dari segi istilah ialah agama yang diturunkan Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW yang isinya bukan hanya mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan, melainkan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam
jagat raya. Islam dari segi istilah ialah agama wahyu terakhir yang
menyempurnakan agama yang dibawa oleh para nabi sebelumnya, yang isinya
membahas berbagai aspek kehidupan manusia agar terwujud sebuah kehidupan
manusia yang sejahtera lahir dan batin.
Dengan demikian, pengertian Islam baik dari
segi bahasa maupun istilah menggambarkan bahwa Islam adalah agama yang
mengemban misi keselamatan dunia akhirat, kesejahteraan dan kemakmuran lahir
dan batin bagi seluruh umat manusia dengan cara menunjukkan kepatuhan,
ketundukan dan kepasrahan kepada Tuhan dengan melaksanakan segala perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya.
Sebagai agama yang terakhir dan lengkap, Islam
memiliki unsur unsur penting yaitu:
a. Kepercayaan kepada kekuatan gaib sebagai tempat berlindung dan memohon.
Oleh karena itu, manusia merasa harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan
gaib ini. Hubungan baik ini dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya.
b. Keyakinan, bahwa kesejahteraan manusia di dunia ini dan hidupnya di akhirat
tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud. Dengan
hilangnya hubungan baik itu, kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicari akan
hilang.
c. Adanya respons yang bersifat emosional dari manusia kepada kekuatan gaib.
Respons ini mengambil bentuk pengabdian dan ibadah-Nya.
d. Paham adanya yang kudus dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk
kitab yang mengandung ajaran agama bersangkutan dan dalam bentuk tempat tempat.[3]
2. Pengertian Budaya Jawa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya
adalah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah. Sedangkan kebudayaan
diartikan sebagaihasil kegiatan dan penciptaanbatin (akal budi) manusia seperti
kepercayaan, kesenian, adat istiadat, keseluruhan pengetahuan manusia sebagai
makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan
yang menjadi pedoman tingkah lakunya.[4]
Menurut Koentjaraningrat (1980), kata
kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta budhayah, yaitu bentuk jama’
dari budhi yang berarti budi dan akal. Dengan demikian kebudayaan dapat
diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Sedangkan kata budaya merupakan perkembangan majemuk dari budi daya yang
berarti daya dari budi yang berupa cipta, Karsa dan rasa dengan kebudayaan yang
berarti daricipta, karsa, dan rasa.[5]
Dalam
bahasa Latin/Yunani, kebudayaan berasal dari kata colere yang berarti
mengolah, mengerjakan terutama mengolah tanah. Dari arti ini berkembang arti culture
sebagai segala daya dan usaha manusia untuk merubah alam. Abdul Rani Usman
(2006: 1) menyebutkan konsep budaya sebagai suatu konsep yang merupakan hasil
karya manusia baik itu sistem sosial,
lembaga social, karya seni sampai sistem ilmu
pengetahuan. Sedangkan pengertian kebudayaan menurut ilmu antropologi adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Clifford Geertz mengatakan bahwa kebudayaan
merupakan sistem mengenai konsepsi konsepsi yang diwariskan dalam bentuk
simbolik, yang dengan cara ini manusia dapat berkomunikasi, melestarikan dan
mengembangkan pengetahuan dan sikapnya terhadap kehidupan. Lebih spesifik lagi,
E. B Taylor, dalam bukunya Primitive Cultures, mengartikan kebudayaan
sebagai keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan yang
lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Ralph Linton, seperti yang dikutip Leonard memberikan definisi kebudayaan
sebagai seluruh cara kehidupan dari masyarkat dan tidak hanya mengenai sebagian
tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan. Jadi,
dapat dikatakan bahwa kebudayaan yang menunjuk pada berbagai aspek kehidupan
meliputi cara cara berlaku, kepercayaan kepercayaan dan sikap sikap dan juga
hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk suatu masyarakat atau kelompok
penduduk tertentu.[6]
Kemudian menurut konsep B. Malinowski kebudayaan di dunia
mempunyai tujuh unsur universal, yaitu:
a. Bahasa
b. Sistem teknologi
c. Sistem mata pencaharian
d. Organisasi sosial
e. Sistem pengetahuan
f. Religi
g. Kesenian[7]
Jadi dapat disimpulkan bahwa budaya Jawa ialah
budaya yang menunjuk pada berbagai aspek kehidupan meliputi cara cara berlaku,
kepercayaan kepercayaan dan sikap sikap dan juga hasil dari kegiatan manusia
yang khas untuk masyarakat Jawa.
Sejak masuk di Jawa, Islam bertemu dengan
nilai-nilai Hindhu Budha yang sudah mengakar kuat di masyarakat. Tentu saja
nilai-nilai animisme dan dinamisme sebagai nilai-nilai awal yang telah ada.
Percampuran nilai-nilai tersebut yang kemudian hari sering disebut sebagai nilai-nilai
kebudayaan Jawa. Maka ketika Islam datang dan berinteraksi dengan nilai-nilai
lama tersebut, oleh masyarakat juga sering disebut sebagai nilai-nilai
kebudayaan Jawa. Itulah sebabnya apa yang disebut sebagai kebudayaan Jawa,
bukanlah terdiri atas satu nilai melainkan percampuran dari berbagai nilai yang
pernah menghiasi dunia Jawa.[8]
Salah
satu ciri Islam Jawa yang dikatakan oleh Mark R. Woodward adalah kecepatan dan
kedalamannya mempenetrasi masyarakat Hindu Budha yang paling maju (sophisticated).
Generasi sekarang dapat melihat bagaimana pertemuan ini bermuara pada tradisi Jawa seperti dalam fenomena:
muatan karya sastra yang berpatronase dengan kertaon sepeti Serat Saloka
Jiwa karya Ranggawarsito dan Serat
Centhini karya Pakubuwono V dengan nilai nilai sufisme; ritual Sekatenan
dikorelasikan dengan rekontruksi sejarah slamisasi Jawa; ajaran ajaran Islam
dalam pewayangan dan penekanan bentuk keragaman yang mengedepankan kesalehan
praksis dan masyarakat Jawa; serta masih banyak fenomena lain untuk
menjustifikasi pengaruh islam terhadap tradisi Jawa.[9]
B. Batasan Wilayah dan Ciri-Ciri Orang Jawa
Masyarakat Jawa, atau tepatnya suku bangsa
jawa, secara antropologi budaya adalah orang-orang yang dalam hidup
kesehariannya menggunakan Bahasa Jawa dengan berbagai ragam dialeknya secara
turun menurun.[10] Yang disebut orang Jawa adalah
orang yang bahasa ibunya adalah bahasa Jawa yang sebenarnya itu. Jadi orang
Jawa adalah penduduk asli bagian tengah dan timur pulau Jawa yang berbahasa
Jawa.[11]
Daerah kebudayaan Jawa itu luas, yaitu meliputi seluruh bagian tengah dan timur dari pulau Jawa. Sungguhpun
demikian ada daerah-daerah yang secara kolektif sering disebut daerah Kejawen.
Sebelum terjadi perubahan-perubahan status wilayah seperti sekarang ini, daerah
itu ialah Banyumas, Kedu, Yogyakarta, Surakarta, Madiun,
Malang, dan Kediri. Daerah diluar itu dinamakan Pesisir dan Ujung
Timur.
Sehubungan dengan hal itu, maka dalam seluruh
rangka kebudayaan Jawa ini, dua daerah luas bekas jajahan kerajaan Mataram
sebalum terpecah pada tahun 1755 yaitu Yogyakarta dan Surakarta, merupakan
pusat dari kebudayaan tersebut.[12]
Dalam wilayah kebudayaan Jawa dibedakan antara
penduduk pesisir utara dimana hubunga perdagangan, pekerjaan nelayan dan
pengaruh Islam lebih kuat menghasilkan bentuk kebudayaan Jawa yang khas.
Orang
Jawa dibedakan dari kelompok kelompok etnis lain di Indonesia oleh latar belakang
sejarah yang berbeda, oleh bahasa dan kebudayaan mereka. Kebanyakan orang Jawa
hidup sebagai petani atau buruh. Di daerah dataran rendah mereka bercocok tanam
padi, di daerah pegunungan mereka menanam ketela dan palawija.[13]
Salah
satu karakteristik orang Jawa adalah kebiasaan hidup dalam suasana mistis:
mistik sebagai sikap hidup, pola pikir, dan
dipraktekan dalm kehidupan sehari hari ( Al Payami,
1992:113).[14]
Esensi
budaya Jawa itu menampakkan kecenderungan atau corak sebagai berikut :
a.
Religius
b.
Non
doktriner/ non dogmatis
c.
Toleran
d.
Akomodatif
C. Tujuan mengkaji islam dan budaya jawa
Tujuan mempelajari Islam dan Kebudayaan Jawa yaitu untuk menciptakan rasa toleran
dalam penyebaran agama Islam khususnya di Jawa yang pada saat itu masih kental
dengan kepercayaan seperti animisme, dinamisme, hindu, budha serta mengetahui
sejauh mana korelasi antara agama (islam) dan budaya yang dapat menciptakan
kreasi-kreasi baru. Di sinilah, bahwa agama telah menjadi hasil kebudayaan
manusia. Berbagai tingkah laku keagamaan, masih menurut ahli antropogi,
bukanlah diatur oleh ayat- ayat dari kitab suci, melainkan oleh interpretasi
mereka terhadap ayat-ayat suci tersebut. Karena Allah telah
memberikan kepada manusia sebuah kemampuan dan kebebasan untuk berkarya,
berpikir dan menciptakan suatu kebudayaan. Di sini, Islam mengakui bahwa budaya
merupakan hasil karya manusia. Sedang agama adalah pemberian Allah untuk
kemaslahatan manusia itu sendiri. Yaitu suatu pemberian Allah kepada manusia
untuk mengarahkan dan membimbing karya-karya manusia agar bermanfaat,
berkemajuan, mempunyai nilai positif dan mengangkat harkat manusia. Islam
mengajarkan kepada umatnya untuk selalu beramal dan berkarya, untuk selalu
menggunakan pikiran yang diberikan Allah untuk mengolah alam dunia ini menjadi
sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan manusia. Dengan demikian, Islam telah
berperan sebagai pendorong manusia untuk “ berbudaya “. Dan dalam satu waktu
Islamlah yang meletakkan kaidah, norma dan pedoman. Sampai disini, mungkin bisa
dikatakan bahwa kebudayaan itu sendiri, berasal dari agama.
Secara
terperinci manusia dapat mengambil beberapa wacana dan manfaat dari uraian di
atas sebagai hasil dari mempelajari Islam dan budaya Jawa:
Pertama;
memotivasi masyarakat untuk menumbuhkan rasa kesadaran kebudayaan
yang mencakup suatu sikap perlunya memelihara budaya
Kedua;
spiritualisme, mendorong masyarakat untuk mengimbangi derasnya arus
konsumerisme budaya tersebut dalam era globalisasi melalui peningkatan
pendidikan dan keimanan.
Ketiga;
perlunya peran seluruh elemen masyarakat termasuk pemerintah untuk membantu
masyarakat melalui pemberian penghargaan karya seni, mendorong agar masyarakat
yakin tetap berpedoman p1ada kebudayaan Jawa sehingga dapat berperilaku
sebagaimana orang Jawa (nJawani) dan mencari jalan bagaimana meningkatkan
penggunaan bahasa Jawa terutama Kromo hinggil.
.keempat;
untuk menghindari gegar budaya yang berkonsekuensi adanya pertentangan yang
disebabkan karena adanya keslahpahaman terhadap kombinasi antara Islam dan
kebudayaan Jawa.[16]
IV. KESIMPULAN
Islam baik dari segi bahasa maupun istilah
menggambarkan bahwa Islam adalah agama yang mengemban misi keselamatan dunia
akhirat, kesejahteraan dan kemakmuran lahir dan batin bagi seluruh umat manusia
dengan cara menunjukkan kepatuhan, ketundukan dan kepasrahan kepada Tuhan
dengan melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Budaya Jawa ialah budaya yang menunjuk pada
berbagai aspek kehidupan meliputi cara cara berlaku, kepercayaan kepercayaan
dan sikap sikap dan juga hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk masyarakat
Jawa.
Islam dan budaya Jawa dapat diartikan sebagai
budaya Jawa yang yang sudah bercampur dengan ajaran Islam dimana budaya yang
dipertahankan oleh masyarakat Jawa tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Orang Jawa adalah penduduk asli bagian tengah
dan timur pulau Jawa yang berbahasa Jawa. Salah satu karakteristik orang
Jawa adalah kebiasaan hidup dalam suasana mistis: mistik sebagai sikap hidup,
pola pikir, dan dipraktekan dalm kehidupan sehari hari
Tujuan mengkaji Islam dan Budaya Jawa
adalah memotivasi masyarakat untuk menumbuhkan rasa kesadaran kebudayaan,
spiritualisme, perlunya peran seluruh elemen masyarakat, dan untuk menghindari
gegar budaya yang berkonsekuensi adanya pertentangan.
V.
PENUTUP
Demikian
apa yang dapat disajikan oleh penulis, semoga dapat memberikan manfaat bagi
siapapun yang membacanya. Tentu masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan
dalam makalah yang singkat ini, untuk itu kritik dan saran sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. Darori, Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media, 2002.
Anasom, dkk, Membangun Negara Bermoral,
Semarang: Pustaka Rizki Putra dan PPIBJ IAIN Walisongo, 2004.
Chamami , M. Rikza, Studi Isalam Kontemporer, Semarang:
Pustaka Rizki Putra dan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2002.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Khalim, Samidi,
Islam dan Spiritualitas Jawa, Semarang: RaSAIL Media Group, 2008.
Kholiq, Abdul, Islam Kalang: Politik Identitas Sub
Etnis Jawa, Semarang: Lembaga Penelitian IAIN Walisongo Semarang, 2012.
Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia,
Jakarta: Djambatan, 2002.
Nata, Abuddin, Studi Islam Kontemporer, Jakarta:
Kencana, 2011.
Sujamto, Refleksi Budaya
Jawa, Semarang: Effhar Offset, 1992.
Sulaeman ,M. Munandar, Ilmu Budaya Dasar, Bandung: Refika
Aditama, 1998.
Suseno, Frans
Magnis, Etika Jawa, Jakarta: Gramedia, 2003.
[2] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 444.
[6] Abdul Kholiq, Islam Kalang: Politik Identitas Sub Etnis Jawa,
(Semarang: Lembaga Penelitian IAIN Walisongo Semarang, 2012), hlm. 32-34.
[8] Anasom, dkk, Membangun Negara Bermoral, (Semarang: Pustaka Rizki
Putra dan PPIBJ IAIN Walisongo, 2004), hlm. 13.
[9] M. Rikza
Chamami, Studi Isalam Kontemporer, (Semarang: Pustaka Rizki Putra dan
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2002), hlm.
180.
[16]Asa, Pengertian Islam dan Kebudayaan Jawa, http://asa-2009.blogspot.com/2012/03/pengertian-islam-dan-kebudayaan-jawa.html , diakses 01 Oktober 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar