Selasa, 14 Mei 2013

Psikologi Perkembangan


PERKEMBANGAN MASA PRENATAL


I.         PENDAHULUAN
Manusia pada hakikatnya senantiasa mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Proses perkembangan kehidupan manusia melalui beberapa tahapan. Umumnya, manusia akan selalu berubah mengikuti proses perkembangan di sekitar kehidupannya, dimulai sejak masa prenatal, masa bayi, lalu tumbuh menjadi seorang remaja, dewasa, dan kemudian meninggal.
Masa prenatal merupakan titik awal dari proses pertumbuhan dan perkembangan manusia yaitu disaat manusia belum lahir atau  masih berada di rahim ibu. Namun, masih banyak orang yang cenderung menganggap bahwa permulaan perkembangan psikologis dimulai pada saat anak dilahirkan. Akibat kecenderungan ini, kebanyakan dari mereka tidak melakukan hal-hal yang dapat mempengaruhi perkembangan psikologis anak pada masa prenatal. Padahal pada masa inilah penentu dan pembentuk karakter dan tingkah laku anak sesudah lahir.
Melihat keadaan yang demikian, tentu sangat perlu untuk segera diluruskan. Inilah yang menyebabkan perkembangan masa prenatal perlu untuk dipelajari. Karena begitu pentingnya memahami masa perkembangan prenatal, maka dari itu dalam makalah kali ini penulis mencoba menjelaskan secara mendalam mengenai masa perkembangan prenatal, dengan harapan dapat menambah pengetahuan yang berguna bagi kehidupan para pembaca dan penulis khususnya.


II.      RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimanakah Konsep Perkembangan Masa Prenatal?
B.     Apa Saja Tahapan-Tahapan dalam Perkembangan Masa Prenatal?
C.     Apa Saja Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Masa Prenatal?

III.   PEMBAHASAN
A.       Konsep Perkembangan Masa Prenatal
Periode prenatal atau masa sebelum lahir adalah periode awal perkembangan manusia yang dimulai sejak konsepsi, yakni ketika indung telur (ovum)  wanita dibuahi oleh sperma laki-laki sampai dengan waktu kelahiran seorang individu. Masa ini pada umumnya berlangsung selama 9 bulan kalender atau sekitar 280 hari sebelum lahir.  Di lihat dari segi waktunya, periode prenatal ini merupakan periode perkembangan manusia yang paling singkat, tetapi justru pada periode inilah dipandang terjadi perkembangan yang sangat cepat dalam diri individu.[1]
Perkembangan pokok pada masa ini ialah perkembangan fisiologis berupa pembentukan struktur tubuh. Periode prenatal merupakan masa yang mengandung banyak bahaya, baik fisik maupun psikologis. Meskipun tidak dapat diklaim bahwa periode ini merupakan periode yang paling berbahaya dalam seluruh rentang kehidupan, banyak yang percaya bahwa masa anak-anak lebih berbahaya tetapi jelas bahwa periode ini merupakan masa di mana bahaya-bahaya lingkungan atau bahaya-bahaya psikologis dapat sangat mempengaruhi pola perkembangan selanjutnya atau bahkan dapat mengakhiri suatu perkembangan. [2]
Jauh sebelum para ahli psikolog dari Barat meneliti dan mengakui adanya perkembangan indivividu pada masa prenatal, para psikolog Timur (psikolog Islam) telah lebih dulu menempatkan masa prenatal sebagai periode awal perkembangan individu. Karena adanya beberapa ayat al-qur’an yang menjadi landasan psikolog islam, yang telah memberikan sejumlah informasi tentang telah dimulainya kehidupan manusia sejak janin berada dalam kandungan ibunya.
Secara tidak langsung juga telah disebutkan bahwa selama periode prenatal ini, individu tidak hanya mengalami perkembangan secara fisik melainkan perkembangan secara psikologis.
Para ahli psikologi perkembangan meyakini bahwa kehidupan manusia dimulai dari pertemuan antara sperma laki-laki dan sel telur wanita. Sel sperma laki-laki bertemu atau bergabung dengan sel telur wanita sehingga menghasilkan satu bentuk sel yang terbuahi, yang disebut dengan zigot (zygote), dalam psikologi islam disebut dengan ”nuthfah”.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa sel-sel sperma dan sel-sel telur pada dasarnya memiliki daya hidup atau energi kehidupan (dalam psikologi islam di sebut hayat). Semua ini memperkuat anggapan yang menyatakan bahwa perkembangan dan kehidupan manusia di mulai dari masa prenatal, yakni sejak terjadinya pembuahan sel telur wanita oleh sperma laki-laki kemudian menghasilkan zigot (zygote).[3]

B.       Tahap-Tahap dalam Perkembangan Masa Prenatal
1. Perspektif Islam
Para ahli psikologi Islam membagi periode prenatal atas beberapa tahap. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran Surat Al-Mukminun ayat 12-14 berikut.

Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (sulalatin min thin) dari tanah (12). Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (nuthfah) yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim) (13). Kemudian air mani (nuthfah) itu kami jadikan segumpal darah (mudghah), lalu segumpal darah (‘alaqah) itu kami jadikan segumpal daging (mudghah), dan segumpal daging (mudghah) itu kami jadikan tulang belulang (‘idhom), lalu tulang belulang (‘idhom) itu kami bungkus dengan daging (lahm). Kemudian kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik  (14).

Tahap-tahap perkembangan masa prenatal berdasarkan al-quran seperti yang dijelaskan pada ayat di atas dapat diuraikan lebih jelas sebagai berikut.
a.        Tahap Sulalatin min thin (saripati tanah)
Pada tahap ini manusia makan dari hasil bumi dan ketika saripati tanah masuk ke dalam tubuh manusia, saripati itu lantas dipakai tubuh sebagai starting materials dalam proses metabolisme pembentukan nutfah di dalam sel-sel reproduksi.
b.        Tahap Nuthfah
Kata nutfah sering kali diterjemahkan dengan air mani atau setetes mani. Kata yang biasa digunakan hampir serupa dengan nutfah adalah nutfatin amsyaaj, atau setetes mani yang bercampur. Ini berarti pencampuran dua nutfah atau benih yaitu dari laki-laki (sperma) dan dari perempuan (sel telur, ovarium).
Nutfah juga disebut sebagai air yang hina (maa’in mahiin, Surah al-Mursalat/77: 20) atau air yang terpancar (maa’in daafiq, Surah at-Taariq/86: 6). Menurut hitungan para ahli, sperma yang keluar dalam satu kali ejakulasi berjumlah jutaan ekor. Akan tetapi dari jumlah sebanyak itu, hanya satu yang dapat melakukan pembuahan. Setelah pembuahan berlangsung, terjadilah perubahan yang cepat pada indung telur. Dengan segera, indung telur menghasilkan membran yang mencegah sperma lain untuk ikut melakukan pembuahan.
c.         Tahap ‘Alaqah
Setelah lima jam dalam bentuk zigot, kemudian zigot tersebut membelah diri tanpa merubah ukuran dan bergerak melalui tabung yang menghubungkan indung telur dan rahim. Zigot selanjutnya menempelkan diri di dinding rahim.
Proses pembuahan dan perjalanan zigot hingga akhirnya menempel di dinding rahim yang memerlukan waktu hingga enam hari. Zigot tetap menempel pada dinding rahim dan tumbuh hingga hari ke -15 ketika bentukan ‘alaqah dimulai.
‘Alaqah merupakan bentuk praembrionik yang terjadi setelah pencampuran sperma dan ovarium. ‘Alaqah oleh para ilmuwan disamakan dengan lintah karena hidupnya tergantung pada darah ibunya. ‘Alaqah terbentuk sekitar 24-25 hari sejak pembuahan. Jika jaringan praembrionik ini digugurkan maka ia akan tampak seperti segumpal darah.
d.        Tahap Mudhghah
Embrio berubah bentuk dari tahapan ‘alaqah ke permulaan tahapan mudgah pada hari ke 24 atau 26. Waktunya relatif lebih cepat ketimbang perubahan dari tahap nutfah ke ‘alaqah .
Tahapan mudgah ditandai dengan bermulanya pertumbuhan dan pembiakan sel yang luar biasa. Segumpal daging ini terdiri dari sel-sel atau jaringan-jaringan yang sudah maupun yang belum mengalami diferensiasi.
Pada minggu ke-5, jantung mulai berdetak. Embrio juga sudah mengembangkan plasenta, suatu bentuk tabung yang masuk ke dalam dinding rahim dan mengalirkan oksigen serta makanan dari darah ibu ke tubuh janin. Tahapan mudgah berakhir pada minggu ke-6, kurang lebih pada hari ke-40.
e.         Tahap ‘Idzaman
Tahap pembentukan tulang ini jelas sangat penting, dimulai dengan bentuk seperti daging atau permen karet dengan lekukan dan tonjolan seperti digigit—masa mudgah, dengan cepat berubah menjadi sesuatu dengan bakal orang yang mulai tampak, walaupun bentuk manusia belum kelihatan secara jelas. Kemudian dalam waktu singkat—beberapa hari pada akhir minggu ke-6, terbentuk tulang-tulang yang merubah penampakan secara drastis menjadi mirip manusia.
Pada minggu ke-7, bentuk manusia semakin nyata dengan bermulanya pembentukan kerangka. Masa ini—sekitar hari k-40 hingga 45—adalah garis batas yang membedakan masa mudgah dan bentuk manusia. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa masa antara hari ke-40 hingga 45 adalah hari-hari yang sangat penting bagi perkembangan embrio. Pada waktu itulah embrio berubah bentuk menjadi bentuk manusia. Pembentukan tulang ini akan semakin berbentuk mirip manusia setelah pada tahap berikutnya tulang itu diselimuti otot dan daging.
f.         Tahap Lahman
Dengan  selesainya masa pembalutan tulang dengan lahm (otot dan daging), bentuk semakin jelas. Otot mengambil posisi di sekeliling tulang di sekujur tubuh. Dengan demikian kata “memberi pakaian” kepada tulang yang digunakan dalam Al-Qur’an adalah tepat adanya. Bagian-bagian tubuh embrio yang semula terpisah-pisah telah saling terhubung. Seiring dengan selesainya fase pembentukan otot, embrio manusia pun mulai dapat digerakkan.
Pembungkusan tulang oleh otot dan daging merupakan babak baru dalam perkembangan anak manusia. Seiring usainya proses myogenesis (pembentukan otot), embrio mulai dapat bergerak. Masa ini, dimulai pada akhir minggu ke-7 dan berakhir pada akhir minggu ke-8, dianggap sebagai babak akhir pembentukan embrio, atau dalam bahasa Arab disebut takhalluq. Akhir fase embriologi ini segera diikuti dengan fase dimulainya perkembangan janin, yang dalam Al-Qur’an dibahasakan dengan nasy’ah alias perkembangan.
g.        Tahap Takhalluq (masa perkembangan)
Pada akhir minggu ke-8, satu fase penting dimulai. Perubahan fase ini jauh lebih cepat ketimbang tahap-tahap sebelumnya. Embrio berubah menjadi makhluk lain saat ukuran kepala, tubuh, kaki dan tangan mulai mencapai ukuran proporsional. Ini terjadi antara minggu ke-9 dan 12. Pada minggu ke-10, organ kelamin bagian luar sudah mulai terbentuk. Tulang yang semula terdiri atas unsur-unsur lunak berubah menjadi bahan kapur yang keras pada minggu ke-12. Jari kaki dan jari tangan juga sudah dapat dibedakan pada minggu ini.
Berat janin meningkat signifikan pada minggu-minggu ini seiring perkembangan otot dan dagingnya. Pada saat ini janin sudah secara sadar menggunakan tangannya untuk menangkap sesuatu, menendang dengan kakinya atau bahkan melakukan salto. Pada saat ini pula janin sudah dapat melakukan apa yang diingininya.
Pada tahap ini, semua organ sudah berfungsi. Janin siap untuk hidup di luar rahim sejak berumur sekitar 22-26 minggu, yakni kurang lebih 6 bulan pasca pembuahan. Namun, tentunya ini terjadi bila sistem pernafasan dan syarafnya berfungsi normal.[4]

2. Perspektif Barat
Pada umumnya ahli psikologi Barat membagi periode prenatal atas tiga tahapan yaitu tahap germinal atau zigot, embrionik, dan janin. Untuk lebih jelasnya ketiga tahap perkembangan periode prenatal ini, berikut akan diuraikan masing-masing.
a.    Tahap Germinal (Germinal Stage) atau Zigot
Tahap germinal, yang sering juga disebut periode zigot, ovum, atau periode nuthfah adalah periode awal kejadian manusia. Periode germinal ini berlangsung kira-kira 2 minggu pertama dari kehidupan, yakni sejak terjadinya pertemuan antara sel sperma laki-laki dengan sel telur (ovum) perempuan yang dinamakan dengan pembuahan (fertilization). Saat itu sel sperma laki-laki bergabung dengan sel telur perempuan dan menghasilkan satu bentuk sel baru yang disebut zigot. Zigot ini kemudian membelah-belah menjadi sel-sel yang berbentuk bulatan-bulatan kecil, yang disebut blastokis. Setelah sekitar 3 hari, blastokis mengandung sekitar 60 sel. Pada saat terjadinya pembelahan, blastokis mengapung dan berproses di sepanjang tuba falopi.
Blastokis, yang berisikan cairan, dengan cepat mengalami sejumlah perubahan penting. Blastokis ini juga dibedakan menjadi tiga lapisan yaitu lapisan atas (ectoderm), lapisan tengah (mesoderm) dan lampisan bawah (endoderm). Dari ectoderm berkembang menjadi rambut, gigi dan kuku; kulit lapisan luar (kulit ari) dan kelenjar-kelenjar kulit; panca indra dan sistem saraf. Dari mesoderm berkembang otot, tulang atau rangka, sistem pembuangan kotoran dan sistem peredaran darah, serta kulit lapisan dalam. Sementara itu, endoderm menjadi sistem pencernaan, hati, pankreas, kelenjar ludah dan sistem pernapasan. Dalam waktu singkat plasenta, tali pusar dan kantong amniotik juga akan terbentuk dari sel-sel blastokis.
Setelah beberapa hari—kira-kira seminggu setelah konsepsi—blastokis menempel di dinding rahim. Blastokis yang telah tertanam secara penuh di dinding rahim inilah yang disebut embrio, dan peristiwa ini sekaligus menandakan akhir dari tahap germinal dan permulaan tahap embrio.
b.      Tahap Embrio (Embriyonic Stage)
Tahap yang kedua dari periode prenatal disebut tahap embrio. Tahap embrio ini dimulai dari 2 minggu sampai 8 minggu setelah pembuahan, yang ditandai dengan terjadinya banyak perubahan pada semua organ utama dan sistem-sistem fisiologis.
Selama periode ini, pertumbuhan terjadi dalam dua pola, yaitu cephalocaudal dan proximodistal. Cephalocaudal artinya proses pertumbuhan yang dimulai dari bagian kepala, kemudian terus ke bagian bawah dan sampai ke bagian ekor. Bagian-bagian dan organ-organ tubuh yang paling penting seperti kepala, pembuluh darah dan jantung lebih dahulu berkembang daripada lengan, tangan dan kaki. Adapun yang dimaksud dengan pertumbuhan secara proximodistal adalah proses pertumbuhan yang dimulai dari bagian-bagian yang paling dekat dengan pusat (tengah) badan, kemudian baru ke bagian-bagian yang jauh dari pusat badan.
Di samping itu, dalam periode embrio ini, terdapat tiga sarana penting yang membantu perkembangan struktur anak yaitu kantong emniotik, plasenta dan tali pusar. Kantong emniotik berisi cairan amniotik, suatu cairan bening tempat embrio mengapung dan berfungsi sebagai pelindung dari goncangan fisik dan perubahan temperatur. Plasenta adalah suatu tempat pada dinding peranakan dimana ibu mensuplai oksigen dan bahan-bahan makanan kepada anak dan anak mengembalikan sisa buangan dari aliran darah.
Sementara itu, tali pusar adalah suatu saluran lembut yang terdiri atas pembuluh-pembuluh darah yang berfungsi menghubungkan embrio dengan plasenta. Tali pusar ini terdiri dari tiga pembuluh darah besar, satu untuk menyediakan bahan makan dan dua untuk membawa sisa buangan ke tubuh ibu.
Periode ini juga ditandai dengan suatu perkembangan yang cepat pada sistem saraf. Hal ini terlihat bahwa pada umur 6 minggu embrio telah dapat dikenali sebagai manusia, tetapi kepala lebih besar dibandingkan dengan bagian-bagian badan lainnya. Pada umur 8-9 minggu, muka, mulut, mata dan telinga sudah mulai terbentuk dengan baik. lengan dan kaki lengkap dengan jari-jarinya sudah nampak. Pada tahap ini organ-organ seks juga mulai terbentuk. Demikian juga dengan otot dan tulang rawan mulai berkembang. Organ dalam, seperti isi perut, hati, pankreas, paru-paru dan ginjal mulai terbentuk dan mulai berfungsi secara sederhana.
c.       Tahap janin (Fetus Stage)
Periode ketiga ini disebut dengan periode fetus atau periode janin. Periode ini dimulai dari usia 9 minggu sampai lahir. Dalam periode ini, ciri-ciri fisik orang dewasa secara lebih proporsional mulai terlihat. Kepala yang tadinya lebih besar dari bagian badan lainnya mulai mengecil. Kaki dan tangan terus meningkat secara substansial. Pada bulan ketiga janin secara spontan sudah dapat menggerakkan kepala, tangan dan kakinya, serta jantungnya mulai berdenyut.[5]
Sel-sel saraf, yang ada sejak minggu ketiga jumlahnya meningkat pesat pada bulan-bulan kedua, ketiga dan keempat. Apakah peningkatan pada saat ini akan terus berkembang atau tidak itu bergantung pada kondisi di dalam tubuh ibu.[6]
Pada bulan keempat dan kelima, ibu sudah bisa merasakan gerakan-gerakan janinnya seperti menonjok-nonjok atau menendang-nendang. Pada saat ini panjang janin kira-kira 4,5 inci.
Pada permulaan bulan ketujuh, panjang janin kira-kira 16 inci dengan berat kira-kira 1,5-2,5kg dan ciri-cirinya sebagai manusia semakin terlihat, terutama ketika rambut atau bulu menumbuhi kepalanya dan mulut mulai menonjol keluar, bergerak-gerak, dibuka dan ditutup, mereguk atau menelan dan menghisap ibu jarinya. Matanya juga mulai berkedip dan ia bisa menangis, meskipun matanya masih tertutup rapat.[7] Pada masa ini pula, janin sudah memiliki kemampuan untuk hidup di luar kandungan. Akan tetapi, bayi yang lahir di usia kehamilan 7 bulan masih harus dibantu untuk proses pernapasannya.
Pada 2 bulan terakhir masa perkembangan prenatal, jaringan lemak terbentuk dan fungsi beberapa organ seperti jantung dan ginjal mulai meningkat. Pada masa 8-9 bulan, janin tumbuh semakin besar dan beratnya mulai substansial, sekitar 1,8 kg.[8]

C.    Fakto-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Masa Prenatal
a.   Kesehatan ibu
Penyakit yang di derita ibu hamil dapat mempengaruhi perkembangan masa prenatal. Apalagi penyakit tersebut bersifat kronis, seperti kencing manis, TBC, radang saluran kencing, penyakit kelamin dan sebagainya, dapat mengakibatkan lahirnya bayi-bayi yang cacat. Demikian pula bila terjadi benturan ketika janin berusia 3 bulan disertai dengan gangguan kesehatan pada ibu, seperti influenza, gondok atau cacar, dapat merusak perkembangan janin. Bahkan apabila ibu hamil terserang campak rubella ( campak jerman ), dapat dipastikan bahwa 60% kemungkinan bayi lahir dalam keadaan cacat. Di samping itu sifilis juga merupakan penyakit yang sangat membahayakan perkembangan masa prenatal. Selain mempengaruhi organeogenesis, sebagaimana yang diakibatkan oleh campak rubella, sifilis juga merusak organ setelah organ terbentuk.
Besarnya dampak kesehatan ibu-ibu hamil terhadap perkembangan masa prenatal juga terlihat jelas ketika ibu menderita sindrom kehilangan kekebalan tubuh, yang lebih dikenal dengan AIDS. AIDS adalah penyebab utama kematian peringkat kedelapan dikalangan anak-anak dari usia 1 hingga 4 tahun pada tahun 1989. Setidak-tidaknya ada tiga cara ibu yang menderita AIDS menginfeksi anaknya: pertama, selama hamil, melalui ari-ari. Kedua, selama melahirkan, melalui kontak dengan darah atau cairan ibu, dan ketiga, setelah melahirkan melalui air susu.
b.      Gizi ibu
Faktor lain yang cukup berpengaruh terhadap perkembangan masa prenatal adalah gizi ibu. Hal ini adalah karena janin yang sedang berkembang sangat tergantung pada gizi ibunya, yang diperoleh melalui darah ibunya. Oleh sebab itu makanan ibu-ibu yang sedang hamil harus mengandung cukup protein, lemak, vitamin, dan karbohidrat untuk menjaga kesehatan bayi. Anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan gizi cenderung cacat.
c.       Pemakaian bahan-bahan kimia oleh ibu
Bahan-bahan kimia yang terdapat pada obat-obatan atau makanan yang ada dalam peredaran darah  ibu yang tengah hamil, dapat mempengaruhi perkembangan janin. Salah satu jenis obat yang mengandung bahan kimia yang membahayakan perkembangan janin adalah thalidomide. Pada orang dewasa thalidomide tidak berdampak buruk. Tetapi, pada embrio, obat penenang itu sangat merusak.
Minuman yang mengandung alkohol juga merupakan zat lain yang dapat mempengaruhi perkembangan prenatal. Wanita pecandu alkohol dan tetap meminumnya selama kehamilannya dalam frekuensi yang sering, kemungkinan besar akan melahirkan bayi dengan gejala yang disebut “sindrom alkohol janin”, yaitu sekelompok keabnormalan yang tampak pada anak dari ibu yang banyak meminum alkohol selama kehamilan.
Menghisap rokok oleh wanita hamil juga dapat berdampak buruk bagi perkembangan prenatal, kelahiran dan perkembangan pasca lahir. Merokok selama kehamilan dapat menyebabkan pengurangan bobot kelahiran, menimbulkan resiko aborsi spontan, kelahiran prematur dan sindrom kematian bayi yang tinggi dalam proses kelahiran, serta penyesuaian diri yang buruk.
d.      Keadaan dan ketegangan emosi ibu
Keadaan emosional ibu selama kehamilan juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan masa prenatal. Hal ini adalah karena ketika seorang ibu hamil mengalami ketakutan, kecemasan, stres dan emosi lain yang mendalam, maka terjadi perubahan psikologis, antara lain meningkatnya pernafasan dan sekresi oleh kelenjar. Adanya produksi hormon adrenalin sebagai tanggapan terhadap ketakutan akan menghambat aliran darah kedaerah kandungan dan membuat janin kekurangan udara.
Ibu yang mengalami kecemasan berat dan berkepanjangan sebelum atau selama kehamilan, kemungkinan besar mengalami kesulitan medis dan melahirkan bayi yang abnormal dibandingkan dengan ibu yang relatif tenang dan aman. Goncangan emosi diasosiasikan dengan kejadian aborsi spontan, kesulitan proses lahir, kelahiran prematur dan penurunan berat, kesulitan pernapasan dari bayi yang baru lahir dan cacat fisik.[9]

IV.   KESIMPULAN
Masa prenatal merupakan titik awal dari proses pertumbuhan dan perkembangan manusia yaitu di saat manusia belum lahir atau  masih berada di rahim ibu.
Tahap-tahap dalam masa perkembangan manusia menurut ahli psikologi Islam dan Barat terdapat perbedaan. Para ahli psikologi Islam membagi tahap-tahap masa perkembangan prenatal sebagai berikut: tahap sulalatin min thin, nuthfah, ‘alaqah, mudhghah, ‘idzaman, lahman, dan takhalluq. Sedangkan menurut Barat hanya ada 3 tahap yaitu: tahap zigot, embrio dan janin.
Dalam masa perkembangan prenatal juga terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kondisi janin seperti: kesehatan; gizi; pemakaian bahan-bahan kimia dan ketegangan serta emosi ibu.

V.      PENUTUP
Demikian makalah ini penulis susun, semoga dapat memberi manfaat bagi siapa saja yang membacanya. Tentulah penulis menyadari akan kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, terj. Istiwidiyanti dan Soedjarwo,  Jakarta: Erlangga, 2002.

John W. Santrock, Masa Perkembangan Anak, terj. Verawaty Pakpahan,  Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2009.

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Penciptaan Manusia: Dalam Perspektif Al-Quran dan Sains, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran, 2010.

Ani Endriani, Pengertian Masa Prenatal, http://aniendriani.blogspot.com/2011/02/pengertian-masa-prenatal.html, diunduh pada tanggal 24 April 2013.





[1]Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 69.
[2]Ani Endriani, Pengertian Masa Prenatal, http://aniendriani.blogspot.com/2011/02/pengertian-masa-prenatal.html, diunduh pada tanggal 24 April 2013.
[3] Desmita, Op. Cit., hlm.70-71         
[4] Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Penciptaan Manusia: Dalam Perspektif Al-Quran dan Sains, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran, 2010), hlm. 81-92.
[5] Desmita, Op. Cit., hlm. 71-73.
[6] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, terj. Istiwidiyanti dan Soedjarwo,  (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002), hlm. 36.
[7] Desmita, Op. Cit., hlm. 74.
[8] John W. Santrock, Masa Perkembangan Anak, terj. Verawaty Pakpahan,  (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2009), hlm. 120.
[9] Desmita, Op. Cit., hlm. 81-85.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar