“nega itdeon mirae-e seo
nae ireumeul bulleojwo
nae ireumeul bulleojwo
naega meonjeo yeotbogo on sigandeul
neowa naega hamkkeyeosseotji
narang norajuneun geudaega joha”( You and I-IU )
neowa naega hamkkeyeosseotji
narang norajuneun geudaega joha”( You and I-IU )
Tit. Sebuah Asha 303 kembali berdering. Tit. Hening. Jempol besar
memencet tombol merah. Namun si Asha 303 kembali bordering. Jempol besarpun
kembali merabanya. Dipencetnya tombol hijau tanpa ragu. Terdengar suara
sayup-sayup dari ujung sana. Dipencetnya kembali salah satu tombol.
“ Ezar……”. Suara keras itu berhasil mengagetkannya. Kaki panjangnya
menyentuh lembut JWA15 miliknya. Prak. JWA15pun mencium lantai. Kerasnya lantai
meretakkan kaca penghiasnya.
“ Wekerku…sial….”, kata Ezar kesal seraya mengambil weker itu dan
dipeluknya mesra.
“ Ezar….”, teriak si penelepon. Suara itu kembali mengagetkannya.
“ Ezar
dengar aku nggak?”.
“ Apa?”, kata Ezar kasar.
“ Kau kenapa?”.
“ Kita putus!”, bentak Ezar.
Tit. Terputus. Tak ada lagi obrolan. Ezar masih terduduk lemas
memandangi Rain dengan gaya khasnya yang terpampang rapi di atas ranjang besar.
Fotonya ikut exist di sampingnya. Di atas meja belajar terpajang IU
dengan senyuman khasnya dan sejumlah barang-barang antik korea lainnya yang
tidak diragukan lagi orisinalitasnya turut menghiasi kamar berukuran 8x5 itu.
Ezar yang tak rela wekernya rusak terus menghantam-hantamkan kepalanya ke
tembok. Sayangnya darah segar enggan melihat dunia luar. Ting. Si Asha 303
kembali berdering.
“ Ezar sayang, kenapa kau putusin aku? apa salahku?”
“Apa maumu?”
“ Aku mau denger penjelasanmu dulu”
“ Besok aja di sekolah”.
“ Baiklah. Aku sayang kamu Ezar. Jangan putusin aku ya!”
Sms singkatpun telah usai. Dilemparnya Asha 303 ke kasur empuknya.
Diliriknya foto Zahra. Diambilnya dengan perlahan.
“ Apa kau masih kekasihku?”, gumam Ezar lirih. Pikirannya
menerawang jauh menembus ruang dan waktu. Ingatannya kembali ke masa silam.
Begitu banyak gadis patah hati olehnya. Penolakan yang kasar dan tanpa belas
kasihan, hingga akhirnya dia bertemu Zahra, siswi baru di sekolahnya yang
kebetulan parasnya mirip IU, idolanya. Atas dasar itulah dia menerimanya. Angin
sepoi berhembus menusuk jiwanya, menemani kesendiriannya dalam sunyinya malam.
Putaran melodi I think I love you (OST Full House) mengantarkannya ke alam
mimpi.
***
Tubuh yang tinggi dan kekar membuat Ezar menjadi primadona kaum
hawa di sekolahnya. Penampilannya yang tak kalah keren bak Rain Indonesia dengan
J-fleece birunya dan tas canvas hitamnya. Itulah yang membuatnya
dijuluki korea kesasar. Langkah kaki yang tegap menampakan kesombongan diri.
Sentuhan lembut Zahra menghentikan langkah kakinya.
“ Zar, apa alasanmu?”, bibir tipis itu mengeluarkan suara sendunya.
Tatapan matanya tajam. Beribu pertanyaaan bersarang dalam dirinya. Mata sipitnya
meneteskan air bening ke pipinya.
“ Jangan nangis. Kau kan tahu aku nggak suka lihat orang nangis di
depanku”, kata Ezar datar.
“ Kenapa kau mutusin aku? Apa salahku?”, tangisnya semakin menjadi.
“ Aku bilang jangan nangis! Cewekku nggak suka nangis”, Ezar
mencoba menenangkannya. Diusapnya mata sembab Zahra. Senyumpun tersungging
manis di pipinya. Isakan kecil masih terdengar jelas di telinga Ezar.
“ Kita masih pacaran kan?”, tanya Zahra lirih.
“ Siapa bilang? Aku kan tadi bilang cewekku nggak suka nangis. Kau
kan suka nangis. So, you’re not my girl friend…Dia udah mati”, kata Ezar
meniru gaya bicara Rain dalam film Full House. “ Jangan kira aku maafin kamu.
Gara-gara kau wekerku rusak. Apa kata Papa kalau tahu weker itu rusak? Apa kau
bisa menggantinya? Pasti nggak bisa kan? Itu kan asli dari korea. Mana bisa kau
menggantinya”, lanjut Ezar tanpa mempedulikan Zahra yang terduduk lemas di
sampingnya.
“ Eh, kau dengerin aku ngomong nggak sih?”, bentak Ezar. Tak ada
respon. Diliriknya gadis cantik di sampingnya. Dia tersender di bahunya. “ Hei,
bangun! Aku ngomong panjang lebar kau malah enak-enakan tidur lagi”, Ezar terus
menggoyang-goyangkan tubuh mungil di sampingnya. Ezarpun kesal dibuatnya.
Ditariknya bahu lebar itu menjauhi si gadis cantik. Bug. Tubuh mungilpun
terjatuh ke lantai. “ Ra, bangun! Jangan tidur di lantai!”, wajah tampan Ezar
mulai terlihat panik. Tanpa pikir panjang dia membawanya ke ruang UKS.
“ Dia kenapa?”, tanya petugas UKS sambil memeriksa Zahra.
“ Tiba-tiba pinsan”, jawab Ezar datar.
“ Kamu kembali ke kelas saja. Biar saya yang urus dia!”, suruh
petugas UKS ramah.
Ezar menjauhkan diri tanpa sepatah katapun terucap dari bibirnya.
Di bukanya canvas hitam. Diambilnya Asha 303 miliknya. “ Matematika?”, kata
Ezar lirih. Kaki panjangnya bergerak cepat menuju ruang kelas XII IPA 1.
***
Sejak kejadian itu tak ada lagi yang mengaguminya. Semua orang
enggan bertemu dengannya. Tak ada tegur sapa. Teman satu kelaspun tak
memandangnya ada. Kebisingan kelas terhenti oleh kedatangannya. Hening. Dia
berjalan pelan menuju bangku spesialnya. Bug. Tubuh kekarnya mencium lantai.
Tawa ejek memadati ruang kelas. Dengan enaknya Endah mengambil canvas
hitam miliknya. Dipakainya tas itu dan bergaya seperti model papan atas. Ezar
hanya merintih kesakitan.
“ Wah, kau pantas memakainya”, kata salah seorang siswa.
“ Of course. Hei, kau! Karena kau sudah membuangnya,
sekarang ini milikku, paham?”, kata Endah jutek.
“ Apa kau bilang? Kapan aku membuangnya? Kau yang membuatku jatuh.
Sini berikan padaku! Itu milikku”, kata Ezar emosi. Direbutnya canvas
hitamnya dengan paksa. Teman yang lain membantu Endah menarik ulur tas
tersebut. Tarik menarikpun tak kuasa dihindari bak lomba tarik tambang dalam
perayaan hari kemerdekaan. Pemainnyapun unik. Satu lawan sepuluh. Terdengar
sorak sorai suporter yang fanatik.
“ Bu Madam datang…Bu Madam datang…”, kata salah seorang siswa yang dari
tadi berdiri di depan pintu sebagai alarm peringatan.
Secepat kilat dua puluh genggaman kuat dilepaskan. Ezar yang tak
menyadari hal itu terpental jauh menghantam tembok.
“ Kalian merusak tasku, awas kalian”, Ezar semakin emosi.
“ Ezar kembali ke tempatmu!”, kata bu Laras datar.
Langkah kaki yang tegap berubah terpincang-pincang menahan sakit.
Dibopongnya tas itu. Tak ada seorangpun yang iba melihatnya. Pembelajaranpun
berjalan seperti biasa.
Sepulang sekolah Ezar langsung bertandang ke rumah. Kamar terkunci
rapat. Tak ada seorangpun yang berani mengganggunya. Disandarkannya tubuh kekar
itu ke ranjang besar. Diapun terduduk lemas di lantai. Diambilnya foto Zahra.
Dia memandanginya lekat-lekat.
“ IUku, kenapa kau sakit? Aku kan hanya ngomong kayak gitu, berarti
aku nggak salah kan? Tapi kenapa teman-teman membenciku. Mereka juga merusak
tasku”, kata Ezar merasa terdzolimi.
“ Sayang…makan dulu! Mama udah siapin kimchi kesukaanmu”,
kata wanita cantik yang kini tengah berdiri di sampingnya.
“ Mama kok bisa masuk?”, tanya Ezar heran.
“ Jangan panggil Mama kalau nggak bisa masuk kamarmu anak bandel”,
jawab wanita cantik lembut.
Ezar hanya tersenyum malu. Dia mulai membuka diri. Suasana haru
menyelimuti pencurahan kegalauan hatinya kepada wanita yang melahirkannya. Wanita
cantik itu hanya membelai lembut anak semata wayangnya.
“ Aku harus bagaimana Ma?”, tanya Ezar lirih.
“ Temui Zahra dan minta maaf padanya!”, jawabnya tegas.
***
Sepulang sekolah Ezar pergi ke rumah sakit seorang diri. Seikat
mawar kuning tak lupa dibawanya.
“
Assalamualaikum…”, kata Ezar pelan.
“ Waalaikumsalam…nak Ezar. Kemarilah! Dari kemarin dia mengigau
namamu terus.”, kata ibu tua yang setia menemani Zahra.
“ Tante,
apa dia lagi tidur?”, tanya Ezar dengan wajah polos tanpa dosa.
“ Dia
belum sadar, Nak. Tante takut…..”, suaranya terdengar parau.
“ Tante takut apa? Apa ada yang jahat sama Tante? Bilang aja sama
aku, Tante nggak usah takut!”, kata Ezar mulai berakting layaknya superhero.
Ibu tua terdiam. Tak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya.
wajahnya tampak lesu tak bergairah. Matanya sembab.
“ Tante, apa aku salah ngomong? Maafin aku Tante! Emangnya dia
sakit apa? “, tanya Ezar berusaha memperbaiki ucapannya.
“ Sejak lahir dia memang sudah punya kelainan pada jantungnya.
Bahkan dokter sudah memvonisnya nggak bisa tumbuh dewasa…”, suaranya terhenti.
Isak tangis terdengar sayup-sayup di telinga Ezar. Dia tidak tega melihatnya
menangis seperti bayi yang minta susu. Tak ada lagi pertanyaan yang
dilontarkan. Diapun mendekati Zahra. Dibelainya rambut pirang Zahra dengan
mesra. Air beningpun mengalir di pipinya.
“ Ra, IUku…maafin aku…aku nggak bermaksud membuatmu seperti ini.
Aku janji akan memperbaiki diriku yang konyol ini. Yang sering membuatmu tak
nyaman di dekatku. Kau masih kekasihku, Ra. Ini original kok. Maksudku
dari lubuk hatiku yang paling dalam”. Ezarpun mulai menampilkan gaya sok artisnya.
Dengan hidmat dia melantunkan syair penyejuk jiwa.
“Jauh di lubuk hatiku….
Masih terukir namamu….
Jauh di dasar jiwaku….
Engkau masih kekasihku….”( Kau Masih Kekasihku-Naff )
Setiap hari dia hanya menghabiskan waktu luangnya untuk menemani Zahra.
Berharap dapat melihat mata sipit itu kembali membuka. Namun tak ada perubahan.
Gadis sipit itu masih terbaring lemah di ranjangnya.
“ Ra…kau nggak kasihan sama aku? Ayo buka matamu!”, kata Ezar
sedih.
“nega itdeon mirae-e seo
nae ireumeul bulleojwo
nae ireumeul bulleojwo
naega meonjeo yeotbogo on sigandeul
neowa naega hamkkeyeosseotji
narang norajuneun geudaega joha” ( You and I-IU )
neowa naega hamkkeyeosseotji
narang norajuneun geudaega joha” ( You and I-IU )
“ Ahhh siapa sih? Ganggu aja”, kata Ezar kesal. Tangan kekar itu
membiarkan Asha 303 berdering lama. Tak disentuhnya sedikitpun. Tak bosannya dia
memandangi mata sipit berharap akan segera terbuka.
“ Ezar…Ezar…”, bibir tipis kembali bersuara. Mata sipitpun kembali
melihat dunia.
“ IUku…em…maksudku Zahra….maafin aku ya?”, kata Ezar menampakkan
wajah lugunya seraya mendekap tubuh mungil di depannya.
“ Kamu nggak salah kok, Zar. Aku yang salah…”, kata Zahra pelan.
Keduanya menitikkan air mata haru. Air itu dibiarkan mengalir
menuju dermaganya.
“ Jangan nangis! Cowokku nggak suka nangis”, kata gadis cantik
menirukan gaya Ezar.
Ezar tersenyum malu. “ Cewekku juga nggak suka nangis. Kau jangan
nangis!”, timpal Ezar masih dengan wajah malunya. Keduanyapun tersipu malu.
Mereka saling beradu pandang dan mengusap air bening yang membasahi pipi. Tanpa
diminta menyanyi, Ezar langsung mendendangkan syair untuk kekasih lamanya yang
kini telah kembali.
“I think I love you
Geureongabwayo
Cause I miss you
Geudaeman eobseumyeon ( I Think I Love You-OST Full House )
Geureongabwayo
Cause I miss you
Geudaeman eobseumyeon ( I Think I Love You-OST Full House )
***
Hari-hariku kini sangat menyenangkan. IUku
telah kembali ke sisiku. Teman-teman tak membenciku lagi. Alhamdulillah hidupku
tak menderita lagi. Wajahnya tampak bersinar walau di malam yang kelam. Senyum
manis selalu tersungging di pipinya. Bahagia. Itulah yang tengah dirasakan Ezar.
Apa daya tangan manusia untuk menampik takdir
Tuhan. Kebahagiaan itu lenyap dalam sekejap. Hari jumat kemarin, Zahra telah
dimakamkan. Kesendirian kini kembali menimpa si Tampan.
“ Kasihan ya dia…ditinggal mati kekasihnya…”,
kata salah seorang siswa.
“ Attention, please! Nah, sekarang kelas
kita kedatangan murid baru dari SMA tiga semarang. Kalian harus bersikap baik
padanya, mengerti?”, kata bu Laras tegas.
“ Mengerti….Bu…”, jawab semua kompak.
Tak lama kemudian sesosok gadis cantik memasuki
ruang kelas. Semua pasang mata terpanah melihatnya, tak terkecuali si Tampan
Ezar.
“ woww…”, semua kompak.
“ Hai, aku Jihan. Kamu siapa?”, sapa gadis
cantik ramah seraya mengulurkan tangannya.
“ IUku…apakah kau kembali lagi?”, bisik Ezar
dalam hati.
***
kisah yang menarik. cocok buat nyindir anak yang kekorea-koreaan zaman sekarang. salut.
BalasHapuskapan-kapan bisa main juga donk ke ruangtirta.blogspot.com
terima kasih atas kunjungannya ^_^
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus