Lama tak merasakan peluk kasihnya.
Genap dua tahun mas Herlambang pergi dan tak kunjung kembali. Hanya sepucuk
surat yang berlabelkan “cinta kamu selamanya” dititipakannya pada ibuku. Tanpa
bersua memadu perpisahan sepasang kekasih yang kan terbelenggu dalam ikatan
rindu. Dengan dalih menjalankan tugasnya di Papua sebagai suka relawan peredam
bentrok yang sering menghiasi pulau yang jarang terjamah tersebut, ia
meninggalkanku.
“Sri, inget umurmu semakin bertambah
Nduk. Apa kamu akan tetap menunggunya?” sapa ibu langsung membuyarkan
anganku yang kurajut dalam kelemahan jiwa. Kertas yang semula berpangku di
tanganku spontan pindah ke tangan ibu.
“Eh ibu.....” akupun merajuk manja
pada ibu.
“Kemarin ada pemuda yang menanyakan
kamu Nduk. Ibu cuman nyuruh dia untuk ketemu langsung sama kamu. Soalnya
ibu kasihan sama kamu Nduk. Kerjaannya ngelamun terus.” Ibu semakin
mendekapku erat.