Jumat, 21 Februari 2014


PEMBAGIAN ISIM DARI SEGI DHOHIR
DAN DLOMIRNYA
       I.            PENDAHULUAN
Kemampuan menguasai bahasa arab merupakan kunci dan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap orang yang hendak mengkaji ajaran Islam secara luas dan mendalam, karena Islam lahir di negara yang berbahasa arab. Sehingga banyak kitab-kitab yang berisi ajaran Islam dituliskan dengan bahasa arab. Mengingat akan hal itu, pentinglah bagi kita sebagai umat Islam untuk mahir dalam bahasa arab agar tidak buta dengan ajaran Islam.
Dalam upaya mengembangkan wawasan bahasa arab. Amat diperlukan adanya sesuatu yang menitik beratkan pada kajian kebahasaan kemampuan menguasai bahasa arab merupakan kunci dan syarat mutlak yang harus dimiliki setiap orang yang hendak mengkaji ajaran islam secara luas dan mendalam. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai pembagian isim dilihat dari segi isim dhomir dan dhohirnya.
.
    II.            RUMUSAN MASALAH
Pada makalah ini, penulis membatasi masalah-masalah yang akan dibahas, antara lain:
A.    Pengertian isim dhohir
B.     Pengertian isim dlomir
C.     Pembagian isim dlomir
 III.            PEMBAHASAN
A.       Pengertian Isim Dhohir
وهو ما دل على مسماه بلا قيد
Yaitu lafadh yang menunjukkan pada perkara yang dinamainya (musamma) tanpa disertai qayyid (ketentuan, takallum, khitob, dan ghoib).
Contoh: lafadz زيد pada kalimat  زيدقام  menunjukkan pada orang yang diberi nama Zaid tanpa memandang sebagai mutakallim, mukhathab dan ghoib.[1]
Mutakallim adalah orang yang berbicara. Mukhathab adalah orang yang diajak berbicara. Sedangkan ghaib adalah orang yang dibicarakan.

B. Pengertian Isim Dlomir dan Pembagiannya
الضمير: اسم وضع ليد ل على المتكلم أوالغائب أوالمخاطب[2]
Isim dlomir adalah isim yang digunakan untuk menunjukkan mutakallim, ghaib, dan mukhathab
C. Pembagian isim Dlomir
Isim dlomir terbagi menjadi dua, yaitu:
1.      Isim dlomir bariz
ما  له صورة ظاهرة يلفظ بها[3]
Isim dlomir bariz adalah isim dlomir yang nampak dalam lafadznya.
Contoh:هو, أنت, أنا[4]
Dalam dlomir bariz dibagi menjadi dua yaitu:
a.       Dlomir muttashil
وذ واتصال منه, ما لا يبتدا, ولا يلى الا اختيارا ابدا
Yaitu dlomir yang tidak boleh menjadi mubtada dan selamanya tidak boleh mengiringi “illa” kecuali dalam keadaan ikhtiyar.
Seperti:  lafadz اكرمتك, maka tidak boleh ما أكرمت الا ك[5]
Ciri-ciri dlomir muttashil adalah:
1)      Dlomir rofa’, yaitu:
a)      Ta’ fa’il, yaitu:
كتبتَ, كتبتِ, كتبتما, كتبتُ, كتبتُن
b)      نا fa’iliin, yaitu:
كتبنا
c)      Alif itsnain, yaitu:
كتبا, كتبتا, يكتبان, تكتبان, اكتبا
d)     Wawu jama’ah, yaitu:
كتبوا, يكتبون, تكتبون, اكتبوا
e)      Ya’ mukhathabah, yaitu:
تكتبين, اكتبي
f)       Nun niswah, yaitu:
كتبن, يكتبن, اكتبن 
2)      Dlomir nasab, yaitu:
a)      Ya’ mutakallim, yaitu:
نصرني
b)      نا” fa’iliin, yaitu:
 نصرنا
c)      Kaf khathab, yaitu:
نصرك, نصرك, نصركما, نصركم, نصركن
d)     Ha’ ghoibah, yaitu:
نصره, نصرها, نصرهما, نصرهن, نصرهم
3)      Dlomir jar
a.       Dengan huruf jar
a)      Ya’ mutakallim, yaitu:
إلي
b)      نا” fa’iliin, yaitu:
إلين
c)      Kaf khathab, yaitu:
إليك, إليكم, إليكما, إليك, إليكما, إليكن
d)     Ha’ ghaibah, yaitu:
اليه, اليهما, اليهما, اليهم, اليها, اليهما, اليهن
b.      Dengan idhofah
a)      Ya’ mutakallim:
كتابي
b)      نا”fa’ilaini:
كتابنا
c)      Kaf khathab:
كتابك, كتابكما, كتابكم, كتابك, كتابكما, كتابكن
d)     Ha’ ghoibah:
كتابه, كتابهما, كتابهم, كتابها, كتابهما, كتابهن[6]
Contoh:
واذ قال الله يا عيسى ابن مريم اانت قلت للناس اتخذواني وامي.....[7]
       Dlomir muttashil yang mahalnya rafa’ adalah lafadz قلت, menggunakan dlomir ta’ mukhathab. Kemudian lafadz اتخذواني mahalnya adalah nasab, menggunakan dlomir ya’ mutakallim. Sedangkan yang mahalnya jar adalah lafadz امي dengan dlomir mutakallim dan jar dengan idhafah. 
b.      Dlomir Munfashil
Yaitu isim dlomir yang bisa dijadikan permulaan kalimat dan jatuh setelah “illa”
Seperti: هو استاذ[8]
Ciri-ciri dlomir munfashil:
1)      Dlomir rafa’, yaitu:
a)      Mukhathab
انت, انتما, انتم, انت, انتن
b)      Ghaib
هو, هما, هم, هي, هن
c)      Mutakallim
انا, نحن
2)      Dlomir nasab, yaitu:
a)      Mukhathab
إياكَ – إياكِ – إياكما – إياكم – إياكن
b)      Ghaib
إياه – إياها – إياهما – إياهم – إياهن
c)      Mutakallim
إياي – إيانا
Contoh:
نحن قسمنا بينهم محيشتهم فى الحياة الد نيا
Contoh di atas merupakan dlomir munfashil yang mahalnya rafa’, yaitu نحن sedangkan dlomir munfashil yang mahalnya nasab yaitu اياي lafadz pada contoh di bawah ini:
واوفوا بعهدي أوف بعهدكم واياي فارهبون
2.     Isim Dlomir Mustatir
        هوماليس له صورة فى اللفظ

Isim dlomir mustatir ialah isim dlomir yang tidak tampak dalam lafalnya. Contoh: lafal  انتpada kalimat اقرأ (bacalah).
Dlomir mustatir ada yang bersifat wajib dan jaiz.
a.       Dlomir mustatir yang wajib
Beberapa tempat dlomir mustatir yang bersifat wajib:
1)      Fiil amar yang ditujukan pada satu mukhatab. Contoh: افعل, dlomir yang diperkirakan adalah     انتَ  
Namun apabila ditujukan kepada seorang perempuan, dua orang atau jamak maka dlomirnya dibariskan (ditampakkan).
2)      Fiil mudhari yang huruf awalnya hamzah. Contoh: اوافق dlomirnya adalah انا
3)      Fiil mudhari yang huruf awalnya nun. Contoh:  نختبط, taqdir dlomirnya adalahنحن  
4)      Fiil mudhari huruf awalnya “ta” ditujukan pada mukhathab. Contoh:  تشكر, taqdir dlomirnya adalahانتَ [9]
b.      Dlomir mustatir yang bersifat jaiz
ومعنى استتاره جوازا انه يجوز أن يجعل مكانه اسم الظاهر
“Yang dikehendaki dengan tersimpannya dlomir secara jawaz (tidak wajib) yaitu tempatnya isim dlomir yang disimpan itu diperbolehkan ditempati isim dhohir.”
Contoh: lafadz فعل
Isim dlomir pada lafadz ini yang berupa lafadzهو  yang disimpan, itu tempatnya bisa ditempati isim dhohir, boleh diucapkan فعل زيد [10]

 IV.            KESIMPULAN
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa isim dhohir adalah lafadh yang menunjukkan pada perkara yang dinamainya (musamma) tanpa disertai qayyid (ketentuan, takallum, khitob, dan ghoib).
Sedangkan isim dlomir adalah Isim dlomir adalah isim yang digunakan untuk menunjukkan mutakallim, ghaib, dan mukhathab.
Isim dlomir terbagi menjadi dua, yaitu bariz dan mustatir. Sedangkan dlomir bariz dibagi menjadi dua, yaitu muttashil dan munfashil. Dlomir mustatir ada yang bersifat wajib dan jawaz (jaiz).

    V.            PENUTUP
Demikianlah uraian singkat mengenai pembagian isim dari segi dlohir dan dlomirnya. Apabila ada kebenaran semuanya itu dari Allah dan apabila ada kekurangan dan kesalahan itu datangnya dari saya sendiri. Untuk itu saran dan kritik kami harapkan guna perbaikan makalah ini dan yang selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


DAFTAR PUSTAKA
Ismail, Muhammad Bakar, Qowaidun Nahwi Biuslubil Ashri, Darul Manar, 2000.
Ma’arif, Syamsul, Nahwu Kilat, Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2009.
Munawari, Akhmad, Belajar Cepat Tata Bahasa Arab, Yogyakarta: Nurma Media Idea, 2007.
Shofwan, M. Sholehuddin, Al-Fawaid An-Nahwiyah, Jombang: Darul Hikmah, 2007.
‘Aqil, Bahaud Din Abdullah Ibnu, Alfiyyah Syarah Ibnu Aqil, Bandung: Sinar Baru Algensido, 2009.






















[1]M. Sholehuddin Shofwan, Al-Fawaid An-Nahwiyah, (Jombang: Darul Hikmah, 2007), terj., hlm. 6-7.
[2]Muhammad Bakar Ismail, Qowaidun Nahwi Biuslubil Ashri, (Darul Manar, 2000), hlm. 78.
[3]Ibid.
[4]Syamsul Ma’arif, Nahwu Kilat, (Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2009), hlm. 129.
[5]Bahaud Din Abdullah Ibnu ‘Aqil, Alfiyyah Syarah Ibnu Aqil, (Bandung: Sinar Baru Algensido, 2009), terj., hlm. 52.
[6]Akhmad Munawari, Belajar Cepat Tata Bahasa Arab, (Yogyakarta: Nurma Media Idea, 2007), hlm. 10A
[7]Muhammad Bakar Ismail, Op. Cit., hlm. 80.
[8]Syamsul Ma’arif, Op. Cit.
[9]Muhammad Bakar Ismail, op.cit., hlm. 80-81.
[10]Bahaud Din Abdullah Ibnu Aqil, op.cit., hlm. 56-57. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar